Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Sekelumit di Ajang Pra Sarasehan JKAI ke 14

Pentingnya Merawat Kebhinekaan

Eka Wiryastuti saat berbicara Kebhinekaan didepan mahasiswa dan akademisi Udayana. Rabu (15/11). Foto: ist

BADUNG - Upaya beberapa pihak merongrong asas Bhineka Tunggal Ika dikhawatirkan mengancam kebhinekaan yang telah menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini. Untuk itu, semua pihak berperan penting menjaga sekaligus merawat Kebhinekaan dari sikap - sikap intolerans, sebab perbedaan sedianya merupakan dasar saling memahami antara satu sama lain ditengah kemajemukan warga Indonesia yang  multikultur.

Isu kekhinekaan tersebut mengemuka diajang Pra Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) Ke – 14, yang digelar di Gedung Agrokomplek Universitas Udayana, Jimbaran, Bali. Rabu (15/11).  

Dalam kesempatan itu, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti didaulat sebagai pembicara di depan mahasiswa dan akedemisi,  dan menegaskan bahwa tantangan terbesar bangsa saat ini yakni merawat kebhinekaan, sebab sudah menjadi dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Sedianya, papar Eka, kebhinekaan dan keberagaman harusnya menjadi modal bangsa agar kita bisa berbuat lebih baik lagi, karena perbedaan justru membuat kita semakin banyak belajar dan memahami.

“Di tubuh kita, ada tangan dan kaki, kiri maupun kanan tidaklah sama seratus persen. Terus, kalau sudah beda seperti itu apa harus dipotong? Dari perumpamaan ini kita mesti belajar memahami perbedaan itu. Jangan berpikir, saya beda, kamu beda, kita akhirnya tidak bersaudara, tidak berteman, atau bermusuhan. Justru perbedaan itu merupakan kesempatan kita untuk belajar saling memahami, ” ujarnya.

Berangkat dari pemahaman itu, lanjut Eka, maka semua pihak termasuk generasi penerus tak terkecuali para mahasiswa, harus merawat kebhinekaan yang sudah ada sejak sejak jaman dahulu, sebagai modal Bangsa Indonesia untuk maju.  

Sebagai Kepala Daerah,  Eka juga mengakui dirinya selalu membuat program-program yang menyentuh kemanusian tanpa memandang suku, ras, agama, atau golongan.  Hal itu sekaligus bentuk upaya penerjamahan nilai-nilai Pancasila yang telah dilahirkan oleh Presiden Pertama sekaligus founding father Indonesia, Ir Soekarno atau Bung Karno.

Untuk itu, dirinya berpesan bahwa merawat toleransi merupakan tantanngan yang cukup berat saat ini ditengah rongrongan sikap sikap intolerans dimana kelompok kelompok tertentu mengatasnamakan agama, suku, dan ras.   

“Yang saya amati belakangan ini adalah proses demokrasi yang tidak sehat sampai-sampai mempolitisir agama. Dan, saya harapkan, adik-adik mahasiswa lebih hati-hati menanggapi tiap isu. Harus matang mencerna informasi. Harus bisa memfilter,” harapnya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha dalam sambutannya mengungkapkan tema yang diangkat dalam pra sarasehan JKAI Ke-14 sangat penting agar kita dapat mengaktualisasikan nilai-nilai budaya. Khususnya, kearifan lokal dalam upaya memantapkan jati diri bangsa.

Dikatakan, azas multikultarisme berisi konsep egaliter, saling menghormati antarsesama, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama. Azas tersebut harus dapat dijaga untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis.

“Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan bahasa Indonesia berkontribusi besar dalam mempromosikan dan mempertahankan multikulturalisme,” ungkapnya.

Multikulturalisme itu sendiri sejatinya telah diimplementasikan di Bali dalam berbagai konsep kehidupan yang berkembang di masyarakatnya. Seperti, Tat Twam Asi, Segilik Seguluk Sebayan Taka, Paras Paros, dan Menyama Braya.

Pra sarasehan JKAI ke 14, jelasnya, digelar dalam rangka merumuskan strategi menghadapi perubahan komunikasi dalam era teknologi informasi untuk memperkuat kearifan lokal yang kita miliki,dan jika dibiarkan, maka kita akan mengalami krisis budaya dan identitas karena kebudayaan identitas dan jati diri dan warisan bangsa.

Dalam kegiatan tersebut, Bupati Eka juga sempat membagikan buku biografinya “Investasi Hati” kepada para mahasiswa yang menjadi delegasi kegiatan tersebut, dilanjutkan dengan pemutaran video tentang Ni Putu Rista, gadis cilik penjual kartu pos di Karangasem yang jago 23 bahasa. Video itu sengaja diputar sebagai motivasi bagi semua peserta untuk terus belajar dan mempertahankan spirit perjuangan dalam kehidupan.

Kegiatan tersebut juga diisi dengan musikalisasi puisi WS Rendra yang berjudul Rakyat adalah Sumber Ilmu oleh I Gusti Made Adi Nurama. Musikalisasi puisi oleh tokoh muda Tabanan yang akrab disapa Jik Rembo ini diiringi oleh alunan musik yang dibawakan kelompok pimpinan I Gusti Nengah Hari Mahardika. 

Kegiatan itu juga dihadiri oleh Sekda Kabupaten Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra I Wayan Yatnanadi, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tabanan I Gede Susila, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan I GN Supanji, Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Tabanan I Putu Dian Setiawan. (*/Cia)

Komentar