Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Terbelit Hutang, Pengusaha Karangasem Resah

Para Pengusaha Karangasem saat diskusi dengan pihak OJK. Selasa (26/12). Foto : Oke

KARANGASEM - Dampak erufsi Gunung benar-benar bener-benar membuat  para pengusaha di Karangasem resah dan gelisah. Pasalnya, usaha mereka tergolong nyaris bangkrut, akibat erusfi dan travel warning beberapa negara. Untuk itu, mereka berharap pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pusat, bisa memberikan kebijakan khusus karena tidak mampu membayar hutang kepada Bank bersangkutan.

Dalam pertemuan dengan pihak OJK di Karangasem, Selasa kemarin, para pengusaha nampak antusias, bahkan beberapa pengusaha ini mengeluhkan kondisi real mereka yang tidak mampu membayar hutang saat ini, akibat dampak erufsi Gunung Agung.

Salah satu pengusaha sekaligus Ketua Kadin Karangasem, Ide Wayan Cakra Weda Kusuma mengakui, bahkan pihaknya sudah audensi dengan Pemkab Karangasem terkait kondisi mereka akibat kondisi Gunung Agung sekarang ini.

“Kondisi akibat Gunung Agung membuat sebagian besar unit usaha di Karangasem terkapar,” tutur Cakra Weda disela-sela pertemuan dengan OJK kemarin.

Cakra menambahkan, pihak Pemda bahkan sudah menyarankan para pengusaha Karangasem untuk audensi ke pihak BI dan OJK, namun hingga saat ini masih menunggu kebijakan terkait cicilan hutang yang tidak mampu terbayar.

Sejauh ini, upaya bersurat kepada pihak OJK juga sudah dilakukan, namun kepastian kebijakan soal hutang mereka belum juga dikeluarkan. Sedianya, khusus untuk para pengusaha yang terkena dampak, agar diberikan kebijakan penundaan bayar kredit dan penghapusan bunga. Selaian itu bisa juga dengan cuti bayar atau penurunan bunga yang signifikan.

Hal sama diungkapkan Wayan Kariasa dari PHRI Karangasem mengakui, sebelumnya tingkat hunian sampai akhir tahun rata rata 40 persen di Karangasem, namun sekarang ini hanya sekitar 12 persen, dengan tamu andalan wisatawan Eropa dan Australia.

Kondisi tersebut semakin diperparah dengan adanya travel warning dari Negara bersangkutan sehingga wisatawan enggan ke Bali. Tingkat hunian Hotel bintang lima, termasuk Amankila Karangasem saat ini hanya 3,39 persen. Sementara hotel tersebut memperkerjakan 275 orang karyawan. Hotel Nn Bintang malah sudah nol persen.

“Banyak hotel yang sudah meliburkan atau merumahkan pegawainya dengan hanya dibayar separuh gaji bahkan ada yang juga tanpa gaji. Untuk itu kami minta penundaan bayar pokok dan juga pemotongan bunga,” ungkap Kariasa.

Sayangnya, kedatangan Ketua Dewan Komisioner OJK  RI, Wimbuh Santosa, belum bisa mengeluarkan kebijakan khusus terkait hutang para pengusaha ini. OJK  malah menyerahkan sepenuhnya kebijakan restrukisasi atau reschedule hutang para nasabah ini kepada Bank bersangkutan, karena jika dipaksakan kebijakan pemotongan bunga dan atau pokok maka dikhawatirkan akan berpengaruh ke bunga deposito.  

Santosa menegaskan, OJK dan Perbankan tetap punya empati dengan apa yang terjadi di Karangasem  dan juga Bali. ini terbukti dengan kedatangan OJK dan juga pinpinan Bank di Indonesia.

OJK sendiri juga berharap mendapat banyak masukan dari pertemuan tersebut sehingga bisa melakukan kebijakan yang tepat. Santosa juga menyingung soal kondisi pariwisata Bali yang mati suri karena adanya travel warning. Ini karena kondisi Gunung Agung yang awas dan terjadi erupsi.

Bahkan Bandara Ngurah Rai juga sempat ditutup. Ke depan, pihaknya ingin bersama sama memkampayekan kalau Bali masih aman terutama di luar zona 10 KM. masih banyak yang bisa dikunjungi di Karangasem diluar itu. Bahkan kedatangan dirinya ke Bali  dan juga melakukan pertemuan di Karangasem juga sebagai salah satu upaya untuk membengkitkan pariwisata Bali dan juga Karangasem.

“Kondisi  di Gunung Agung disikapi berlebihan masyarakat Internasional. Itu tidak benar sebab nyatanya Bali masih tetap aman dikunjungi. Persepsi ini yang harus kita ubah. Ini fakta dan saya membuktikan sendiri malah datang menggelar pertemuan di Karangasem,” ujar Santosa.

Dalam kesempatan itu OJK dan Bank Pemerintah di Indonesia memberikan sumbangan sebesar Rp 1 miliar kepada  masyarakat Karangasem yang terkena bencana erupsi. Jumlah itu diantaranya 250 juta dari OJK, 200 juta dari Bank Mandiri, 200 juta dari BNI, 200 juta dari BRI dan 150 juta dari BTN.

Santosa juga mengatakan kalau masyarakat kecil perlu dibantu terutama mereka yang punya pinjaman karena tidak bisa bekerja sehingga tidak punya kemampuan mencicil. Sehingga mereka yang mengungsi tidak dikejar kejar bayar hutang atau minimal bisa dianggap lancar.

OJK mempersilakan masing masing bank punya kebijakan untuk itu. OJK juga punya kewajiban untuk mempertahankan kegiatan internasional seperti meeting tahunan Bank IMF. Ini akan mendatangkan 10 ribu peserta dan ini harus sukses, sehingga tidak ada alasan lagi pihak IMF menyiapkan plan B yakni mengembalikan kegiatan tersebut ke Washingtong AS.

Sementara itu Bupati Karangasem berharap pihak Bank bisa memberikan kebijakan buat pengusaha Karangasem yang sekarang ini kenq dampak Gunung Agung. Karena itu, dengan kehadiran OJK di Karangasem dan mengandeng pihak Perbangkan diharapkan  bisa ada solusi atau keringanan dalam kondisi seperti ini.

“Saya sempat dicari teman teman pengusaha, mereka mengeluh  sulitnya bayar kredit,” ujar Mas Sumatri. (Oke/Cia)

Komentar