Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Warga di Karangasem Mulai Gelar Nyepi Kecil

foto : Oke/Ist

KARANGASEM – Perayaan Nyepi masih se – bulan lagi, namun beberapa banjar di Karangasem sudah mulai melakukan prosesi lebih awal. Prosesi ‘Nyepi’ kecil ini diisi dengan berbagai tradisi termasuk kegiatan ‘Ngelawang’,  sebagai rangkaian awal dari ritual pecaruan tilem kesanga.     

Seperti halnya dilakukan oleh Banjar Desa Pakraman Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem misalnya. Warga yang sebagian besar anak muda,  nampak menggelar tradisi ‘Ngelawang’ dengan berkeliling desa. Selasa (13/2).

Ngelawang memiliki makna yang sama dengan pengerupukan. Hanya saja ngelawang tidak dilanjutkan dengan pecaruan. Tradisi di Geriana Kangin, pecaruan tilem kesanga dilaksanakan lebih awal, untuk tahun ini akan dilaksanakan Kamis (25/2) hari ini, dipusatkan di Pura Puseh setempat.

Tradisi ngelawang umumnya melibatkan kalangan muda-mudi banjar. Dalam tradisi tersebut, mereka ‘’berkonvoi’’ berjalan kaki di sepanjang jalan desa dengan sambil membunyikan alat-lat musik berupa baleganjur yang dipadukan dengan tektekan atau kulkul (kentongan) berbahan bambu. Layaknya ritual pengerupukan di daerah lain, sebagian peserta ngelawang juga membawa obor tapi tidak ada ogoh-ogohnya.

Kegiatan ngelawang Selasa lalu diikuti sekitar 70 anggota sekehe teruna-teruni dan anak-anak. Banyak juga orang dewasa yang jiga terlibat. Prosesinya dimulai menjelang matahari terbenam, tabuh didikreasikan sedemikian rupa mengkolaborasikan kulkul dan baleganjur sehingga menghasilkan alunan musik yang sangat unik dan khas.

Kubayan (tetua) Desa Pakraman Geriana Kangin, Jro Mangku Diatmika, mengatakan, setelah ngelawang akan dilanjutkan dengan kegiatan ngoncang yaitu atraksi kesenian. Ngelawang maupun ngoncang juga berkaitan dengan upacara ngusaba dodol yang dilaksanakan di Pura Puseh, sebelum Nyepi.

‘’Ngelawang mengandung dua makna, ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan nyomia butakala,’’ ungkapnya.

Dilihat dari sudut pandang niskala, tradisi ngelawang memiliki makna sebagai doa kepada Sang Pencipta dalam manifetasi sebagai Dewi Sri agar hasil panen mendatang lebih baik dari sebelunya. 

Kulkul yang menjadi pengiring juga memiliki makna yang dalam di mana gema dari suara kentongan tersebut diyakini akan membuat sari bunga pada pohon buah-buahan jatuh menimpa bakal buah sehingga bunga tumbuh menjadi buah.

Suara kulkul juga dipercaya mampu menetralisir kekuatan negatif yang ada dilingkungan desa sehingga dengan dilaksanakannya ritual tersebut desa akan terhindar dari bencana.

‘’Secara sekala-nya, ngelawang merupakan wahana melestarikan warisan tradisi, juga untuk ruang kegiatan positif bagi generasi muda,’’ pungkas Mangku Diatmika. (Oke/Cia)

Komentar