Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Ketika Desa Pakraman Lebu Tumpahkan Rasa Syukur Usai Panen Raya

Diawali Bentuk Seke Roras, Diakhiri Nyepi Desa

Foto : Kris/istimewa

KARANGASEM - Setiap desa di Bali memiliki tata cara pelaksanaan upacara yang berbeda, yang disebut dengan desa kala patra, atau disesuaikan dengan adat istiadat desa masing-masing. Seperti Desa Pakraman Lebu, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangsem.

Desa ini memiliki tradisi unik yang digelar setiap satu tahun sekali yang disebut dengan Ngusaba Desa. Ngusaba Desa ini adalah pelaksanaan upacara sebagai wujud syukur atas hasil pertanian yang melimpah sebagai rasa terimakasih kepada Sang Pencipta atas anugerah yang diberikan.

“Kalau dulu panen padi kan biasa Sembilan bulanan, kemudian disusul dengan tanam palawija, namun saat ini padi sudah bisa panen tiga bulan sehingga ada dua kali padi dan sekali palawija,” tutur Jero Bendesa Pakraman Lebu, Wayan Sanur atau Wayan Darmanta,  Rabu 13 Juni 2018.

Jelang upacara digelar, masyarakat petani diajak membersihkan sawah-sawah mereka, membakar jerami untuk persiapan tanam palawija. Dan upacara dicari  pada saat tilem atau bulan mati. “Ngusaba di desa kami hamper sama dengan ngusaba nini di desa lain di Bali dengan tujuan ucapan rasa syukur  atas anugerah pertanian yang diberikan,” ungkapnya.  Sebelas hari jelang upacara dibentuk yang namanya seke roras (kelompok dua belas) yang akan bekerja dari awal hingga akhir pelaksanaan upacara.

                                           

Para Seka roras ini setelah diupacarai akan memiliki nama panggilan yang kemudian menjadi nama di desanya. Seperti pan Sanur, Men Sanur dan nama-nama lainnya yang didepannya berisi Pan untuk laki-laki dan Men untuk perempuan. “nama itu tidak ada di KTP yang ada di KTP tetap nama asli namun nama inilah yang dipakai di desa sehari-hari secara otomatis,” kata Kelian Desa Lebu selama 35 tahun ini.

Seke roras ini memiliki banyak tugas yang cukup berat, mulai dari persiapan upacara dengan mencari sarana-sarananya hingga ngerampag. “Ngerampag artinya mencari sarana berupa pale bungkah pale gantung dari hasil pertanian warga, satu yang tidak boleh dirampag yakni jero mangku dan saat ngerampagpun harus disebutkan kepada warga ada ngerampag untuk ngusaba desa,” paparnya. Sehingga masyarakat akan memberikan hasil perkebunan baik padi, kelapa, dan buah lainnya untuk sarana upacara.

Biasanya jaman dulu bisa mendapatkan 1200 butir kelapa namun saat ini hanya 600 an saja karena hasil mulai berkurang dan banyak pohon kelapa dicari niranya. Mereka dari seke roras ini dipilih secara upacara di pura puseh setempat, adalah masyarakat desa yang sudah melaksanakan upacara potong gigi, dan menikah dan semua masyarakat akan mengalaminya. “Jika mereka tidak mampu melaksanakan tugasnya makan dianggap gagal, dan wajib seluruh krama untuk menggantikannya,” tambah pegawai kantor camat Sidemen ini.

                                

Seke Roras juga memiliki beban yakni harus menghaturkan be nem timbang atau daging babi sebanyak enam kali timbangan. Daging ini didapatkan dari membeli seekor babi oleh sekeroras ini kemudian ditimbang dengan dipotong terlebih dahulu di pura Puseh. “Sesampainnya dipura babi ini berubah nama menjadi Jero Gede dan disembelih dan ditimbang dengan yang disebut Bhatara timbang berupa batu yang kemudian dijadikan bahan timbangan daging babi tersebut sebanyak enam kali, dan diperkirakan beratnya mencapai 15 kilogram,” katanya.

Nah, setelah gelaran upacara selesai dilaksanakan di Pura Dalem, keesokanya dilanjutkan dengan Nyepi Desa. Dimana masyarakat sesuai dengan awig-awig desa yang berlaku tidak diperkenankan keluar rumah selama nyepi digelar. “Catur brata penyepian tetap dilaksanakan sesuai dengan nyepi nasional, namun bedanya yang berjaga bukan pecalang melainkan seke roras ini, seke roras berjaga di setiap ujung desa dan depan pura,” sebutnya.

Dan karena Desa Lebu dilalui jalur propinsi penghubung Klungkung dengan Karangasme melalui Desa Paksebali, maka seke roras berjaga di ujung desa dengan memercikkan tirta kepada setiap kendaraan dan pemilik kendaraan sebagai rasa syukur dan keselamatan. (Ris)

Komentar