Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Kondisi Korban Penganiayaan Driver Ojek Kadek Candrika Mirani

Akui Takut Tidur Sendiri Karena Masih Trauma

Kadek Candrika Mirani (plontos) saat di kunjungi Pengurus PHDI Karangasem, Jumat kemarin. foto : Oke

KARANGASEM - Korban penganiayaan Driver Ojak di Jalan Kapten Japa, Denpasar, Ni Kadek Candrika Mirani, rupanya masih menyisakan trauma mendalam bagi korban. Meski saat ini berada di tengah keluarga, namun korban mengaku masih trauma.

Bahkan keseharian perempuan muda ini masih ketakutan saat pergi ke kamar bahkan takut untuk tidur sendiri. Lantas seperti apa kondisinya?

Mencari tempat tinggal Ni Kadek Candrika Mirani (21), korban penganiayaan driver ojek di jalan Kapten Japa, Denpasar rupanya tidaklah sulit. Korban bersama kedua orang tuanya dan adik adiknya tinggal numpang di rumah seorang Guru yang mengajar di SMPN 1 Abang.

Keluarga ini tinggal di jalan utama Abang-Kubu yang juga merupakan jalan raya Amlapura—Singaraja. Diselatan SMPN 1 Abang timur jalan ada rumah dipinggir jalan. disanalah keluarga Candrika tinggal.

Rumah atau pekarangan keluarga ini sebenrnya agak ke dalam dari jalan. Hanya saaj rumahnya sudah rusak. Sehingga dia menumpang dirumah tersebut. Pak Guru yang bernama  Wayan Darma asal Nusa Penida memberikan tempat tinggal secara cuma cuma kepada keluarga tersebut. Sementara di rumah orang tua Candrika hanya tinggal sang nenek.

Saat dikunjungi, Jum’at (28/6) kemarin bersama dengan pengurus PHDI Karangasem Dandrika nampak sedang tiduran santai di teras rumah tersebut. Begitu melihat tamu datang, Candrika langsung terbagun dan duduk bersila.

Bajang jegeg ini nampak sudah mulai tersenyum dan bisa menerima kondisinya sekarang ini. selaian itu lula kula yang ada di tengan kiri dan kepalanya juga sudah mulai sembuh dan mengering. “Kejadianya 11 Juni lalu sekitar jam 2 siang,” ujarnya lirih.

Saat kejadian sekitar 20 menit pelaku yang biasa dipanggil Mas Dwi 32 “bergumul”. Korban berusaha berontak karena pelaku mencoba memeluknya dan hendak menodainya. Korban juga terus berteriak minta tolong. Hanya saja pertolongan sangat terlembat. Karena terus berteriak dan melakukan perlawanan, korban pun di pukul dengan menggunakan palu di bagian kepala. Ada beberapa luka bekas pukulan palu di kepala korban. Selaian itu korban juga ditusuk dengan menggunakan gunting. “Perut saya terus dijadikan sasaran dengan dituruk pakai gunting,” ujarnya.

Untuk itu korban berusaha menangkisnya dengan tangan kirinya. Sehingga bagian tangan kiri korban juga mengalami banyak luka tusukan. Sementara bagian perut juga ada satu luka tusukan. Untung saja luka luka tersebut tidak sampai mengenai organ dalam tubuh korban.

Korban saat itu hanya menggunakan handuk berusaha terus membrontak. Beberapa kali mau keluar di kamar mandi ditarik pelaku dan di kunci dari dalam.

Akhirnya korban dicekik sehingga sulit bernafas. Karena kelelahan dan sulit melawan korban pun pura pura pingsan. Saat itu tetangga kos korban yang tahu kalau ada sesuatu yang terjadi sama Kadek berusaha memberikan pertolongan. Dia juga minta tolong kepada tetangganya.

Kedua perempuan yang sudah tua ini berusaha menolong korban yang masih di sekap kedua pelaku di kamar mandi yang cukup sempit dengan ukuran sekitar 2 kali 1,5 meter. “Saat itu saya sudah terjatuh, langsung pura pura pingsan,” ujarnya.

Hanya saja pelaku belum juga mau keluar dan melepas korban. Padahal dari luar dua orang ibu ibu sudah berusaha mendobrak kamar mandi. Karena sudah tua keduanya juga sulit mendobrak.

Begitu pintu kamar berhasil didobrak pelaku langsung kabur dan kedua ibu tersebut salah satunya dipanggil Bu De olah korban karena orang Jawa langsung menolongnya. Korban dilarikan ke RSAD di jalan Sudiarman, Denpasar. Sementara pelaku sendiri saat itu langsung kebur dan belakangan baru berhasil ditangkap polisi.

Pelaku nampaknya sudah merencanakan matang aksinya tersebut. karena yang bersangkutan sudah membawa Palu besi, Gunting dan juga selimut yang diduga akan dipakai mebekup korban.

Kadek sendiri mengaku saat itu mau mandi karena akan betangkat kerja ship sore di Super Market Tiara Dewata, Denpasar.

Saat akan mandi dia mendengar suara berisik sehingga langsung memakai handuk dan hendak pergi. Namun saat itu pelaku melompat dari atas tembok kamar mandi dan langsung berusaha memeluk korban dari belakang. Korban pun melawan sehingga terjadi pertarungan sehingga korban berdarah darah.

“Saya sebenarnya tidak pingsan, hanya pura pura pingsan saja karena sudah lelah,” ujarnya sambil menghela nafas.

Karena kondisinya tersebut Pramuniaga Super Market ini pun harus di rawat beberapa hari dan luka lukanya mengelami puluhan jariran. Korban sendiri mengaku sempat dimintai keterangan sama polisi terkait khasus tersebut. Karena kondisinya masih belum pulih sampai saat ini belum ada pemeriksaan lanjutan. Namun dirinya sempat di telpon salah satu penyidik dan menanyakan kondisinya.

Saat ini terpaksa dia juga harus mengiklaskan rambut panjangnya yang sepinggang di potong plontos. Ini dilakukan untuk perawatan di bagian kepala karena luka pukulan palu. “Saya dipukul kayak getok paku,” ujarnya.

Saat ini dia mengaku masih diberikan cuti selama tiga bulan dari tempatnya bekerja. Namun sayang begitu masa cuti selesai kontraknya di perusahan tersebut juga selesai. Dia pun mengaku gemang, karena akan kehilangan pekerjaan belum lagi minder karena sebagai wanita tampil dengan rambut plontos.

Candrika sendiri mengaku masih trauma dengan kejadian ini. dia masih ingat betul bagimana saat pelaku melompat dari tembok dan berusaha memeluknya.

 Candrika sendiri pulang ke kampungnya sejak 13 Juni lalu. Saat itu jaritan di bagian kepala dan tangan sudah dibuka. Dia juga sempat control ke RS Amlapura Senin lalu untuk mengecek kondisinya.

Sementara rumah yang ditempati Candrika saat ini pinjam dari Guru SMPnya karena kebetulan kosong.

Ditanya seperti apa hubungan antara korban dengan pelaku? Candrika mengaku kenal pelaku sebatas teman. “Kalau menegur atau tegur sapa biasa, namanya juga teman satu kos,” ujarnya.

Hanya saja kuat dugaan kalau pelaku memendam rasa cinta kepada gadis manis asal Abang ini. Menurut korban pernah beberapa bulan lalu pelaku mengajaknya keluar jalan jalan namun dia tolak. “Ya saya tolak karena saya tidak biasa jalan jalan,” ujarnya.

Diduga penolakan tersebut membuat pelaku marah sehingga merencakanan sesuatu kepada korban.

“Kalau ngobrol berdua begitu ngak pernah,” ujar wanita empat saudara tersebut. Satu kakanya yang paling besar sudah menikah dan tinggal di kampung. Sementara Candrika sendiri ke Denpasar mencari kerja dengan maksud membantu orang tua. karena masih menyekolahkan kedua adiknya yang masih SMP dan SD.

Saat ini dia mengaku masih trauma dengan kejadian tersebut. Kalau meu ke kamar mandi masih minta diantar ibu dan saudara saudaranya. Tidur sendiri kalau dikamar pun dia tidak mau. “Tidur sebentar aja dikamar langsung teriak takut,” ujar Sang ibu Ni Wayan Ritasari didampngi ayahnya Putu Tolis.

Sang ibu sendiri mengaku sempat jengkel dengan pelaku. Bahkan ingin sekali menggigitnya jika ketemu. “Saya sangat jengkel sama pelaku…kok tega teganya memperlakukan anak saya seperti itu, emang apa salahnya. Saya sendiri dengan ayahnya tidak pernah mengasarinya,” ujarnya sedih.

Atas kejadian ini dirinya berencana akan bekerja di Karangasem saja. Dia mengaku trauma bekerja di Denpasar lagi seraya berharap bisa ada membantu untuk menampung dia bekerja di Karangasem.

Saat ini dia mengaku masih kaku pada tangan kirinya. Ini karena diduga tusukan gunting sempat mengenai bagian tulang. “Belum bisa digerakan leluasa,” ujarnya.

Pelaku diakui korban sering pulang malam. Dia juga tidak tahu kerja dimana yang bersangkutan. Hanya saja setiap keluar kerap menggunakan baju Go Jek. Candrika juga mengakui kalau sebulan terakhir sebelum kejadian hampir tidak pernah bertemu pelaku.

Saat itu dirinya menduga kalau pelaku sudah mudik. Karena sempat juga dia dengar dari tetangga ksonya kalau pelaku pamitan untuk mudik. Sementara itu Candrika juga mengakui kalau sebelum kejadian sudah ada gelagat kurang beres. Beberapa minggu sebelumnya saat di kamar mandi siang hari dia sempat mendengar ada yang membuka pintu gerbang. Padahal saat itu kos kosan sedang kosong. “Saya sempat lihat ada bayangan lari,” ujarnya.

Sementara itu keluarga ini termasuk warga tidak mampu. Ayahnya sempat menjadi sopir truk namun itu nyerep bukan sopir tetap. “Belakangan ini saya rencana akan cari kerja di Denpasar karena tidak nyopir lagi,” ujar Putu Tolis.

Sementara istrinya membuka warung makan kecil kecilan di samping rumah yang dia pinjam.  Korban mengaku sudah tiga tahun tinggal di kos tersebut. Dia diajak sang paman. Hanya saja saat kejadian kos kosan sedang sepi hanya ada Bu De si penjual Snack yang sudah umur 60 tahun.

Sementara pelaku tinggal di kos kosan tersebut sejak delapan bulan lalu. Awalnya pelaku tinggal bersama temanya namun sejek beberapa bulan lalu tinggal sendiri karena sang teman sudah pindah.

Kamar pelaku dan korban sendiri memang bersebelahan atau berdekatan. Sementara itu sang nenek Ketut Latri kemarin sempat terkejut melihat cucunya. Bahkan wanita 65 tahun tersebut sempat gemetar melihat luka yang ada di kepala sang cucu. Selama ini sang nenek memang tidak tahu kondisi cucunya karena tidak dikasi lihat. Korban sendiri saat dirumah juga kerap menggunakan penutup kepala. Namun tadi saat Koran ini datang dan rombongan PHDI tutup kepala korban di buka.

“Ya nenek saya baru tahu langsung gemetar dia…padahal ini sudah sembuh,” ujarnya.

Sementara untuk biaya pengobatan selama ini ditanggung pihak perusahan. Dirinya mengaku memiliki BPJS namun tidak bisa dipergunakan dengan alasan karena khasus penganiayaan.

Sementara itu Wakil Ketua I PHDI Karangasem Dr Ide Made Pidada S Ag, M Si mengatakan kedatanganya untuk sekedar memberikan motivasi kepada korban. Dimana sesame umat wajib membantu dan mensuport korban dalam kondisi yang terpuruk seperti ini.

Sementara itu menurut Sekretaris PHDI Karangasem I Gusti Ngurah Ananjaya,S.Ag.,M.Pd. mengakui kegiatan ini dilakukan secara spontan. Hal yang sama juga dikemukakan  Bidang Hukum & Pendidikan : Drs. I Gede Rupawan,M.Ag, Wakil Sekretaris II : Ni Nyoman Muliani,S.Pd., M.Si dam Bid. Ekonomi,Kesejahteraan dan Sosialisai : I Putu Gede Mahendra Giri yang juga hadir saat itu.

Bantuan yang diberikan berupa sembako dan juga uang untuk meringankan beban korban. “Jangan dilihat nilainya ini ketulusan kami bersama pengurus untuk berbagi,” ujar I Putu Gede Mahandra Giri.

PHDI berharap korban bisa menjalani hidup normal kembali tidak trauma dan melanjutkan kehidupan seperti biasa.

Saat itu juga diserahkan bantuan berupa sembako dari dr Edwin Gotama donator yang juga memberikan bantuan kepada korban. (*/Oke)

Komentar