Pelabuhan Benoa Miliki Desain Ramah Lingkungan Serta Dorong Ekonomi Inklusif
Gubernur Bali, Wayan Koster bersama Deputi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin dan Dirut Pelindo III Doso Agung saat jumpa pers dengan awak media terkait desain batu Pelabuhan Benoa di rumah jabatan Gubernur Bali Jaya Sabha, di Denpasar, Sabtu (2/11). (Ist)
DENPASAR - Pelabuhan Benoa Denpasar saat ini memiliki desain baru dengan model lebih ramah lingkungan serta akan mendorong ekonomi inklusif dengan peluang pemerataan ekonomi di luasa kawasan pelabuhan.
Desain baru ini digarap PT Pelindo sebagai tindak lanjut surat Gubernur Bali Wayan Koster pasca rusaknya sebagian hutan mangrove dalam proses perluasan pelabuhan tersebut.
Dalam desain baru ini, lebih dari setengah lahan reklamasi akan dijadikan paru-paru kota, sementara sisanya akan digunakan untuk fasilitas perikanan dan penyediaan energi. Desain ini juga memberi ruang untuk pelaksanaan kegiatan desa adat dan peluang pemerataan ekonomi di luar kawasan pelabuhan atau ekonomi inklusif.
Hal itu terungkap dalam konferensi pers Gubernur Bali Wayan Koster bersama dengan Deputi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin dan Dirut Pelindo III Doso Agung di rumah jabatan Gubernur Bali Jaya Sabha, di Denpasar, Sabtu (2/11).
“Dari rangkaian rapat beberapa kali, hari ini rapatnya sudah final, sudah menampilkan desain pemanfaatan Dumping I dan Dumping II serta areal bekas Akame itu sudah didesain menjadi pemanfaatan yang lebih ramah lingkungan,” kata Gubernur Bali Wayan Koster.
Ia menambahkan, luas areal Dumping I yang mencapai 25 hektar, 13 hektar (51%) di antaranya dimanfaatkan untuk hutan kota dan 12 hektare (49%) lainnya untuk fasilitas perikanan seperti 'cold storage' yang bisa memenuhi kebutuhan kapal cruise serta permintaan ekspor.
Sedangkan areal Dumping II seluas 45 hektar, 23 hektar (51%) digunakan untuk hutan kota dan sisanya 22 hektar (49%) untuk fasilitas curah cair, yakni terminal BBM, gas dan avtur. Menurut Gubernur, terminal BBM perlu dibangun agar Indonesia bisa mengisi bahan bakar kapal cruise yang selama ini dilakukan di Singapura.
“Kemudian terminal gas kaitannya dengan Bali energi bersih. Semua menggunakan energi terbarukan, sehingga di situ akan dibuat terminal gas untuk mensuplai ke PLN,” kata Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali.
Begitupun terminal avtur, lanjut dia, diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Bandara Ngurah Rai, di mana terminal yang ada sekarang terlalu dekat dengan bandara, sehingga perlu digeser untuk faktor keamanan.
Desain Pelabuhan Benoa yang baru ini juga mengeliminasi semua akomodasi pariwisata di kawasan tersebut. Selain membatalkan rencana pembangunan akomodasi pariwisata sesuai permintaan Gubernur, juga sejumlah fasilitas seperti restoran, water sport dan helipad yang sekarang sudah beroperasi, akan dihentikan kerja samanya mulai akhir tahun 2020. Adapun lahan bekas akomodasi tersebut akan kembali dijadikan hutan kota.
“Kita membangun komunitas di luar. Semula semuanya akan dibangun di dalam, sekarang akan ditarik keluar,” kata Deputi Infrastruktur Kemenko Maritim Ridwan Djamaluddin, menimpali.
Menurut Ridwan, tujuan besar dari pembangunan Pelabuhan Benoa adalah membangun Indonesia melalui Bali. Dengan bersandarnya kapal cruise besar di Pelabuhan Benoa, akan memberikan dampak ekonomi yang besar pula kepada Bali.
“Dengan target 10 Bali baru, Bali yang asli justru bergerak lebih cepat daripada yang lain. Mudah-mudahan masyarakat Bali menyambut baik,” kata Ridwan, mengharapkan.
Dirut Pelindo III Doso Agung mengatakan, sudah banyak kapal cruise yang menyatakan minat berlabuh di Pelabuhan Benoa. Terakhir, kapal berkapasitas 2.000 orang sudah berlabuh di Bali. Dengan perluasan dermaga nantinya, Pelabuhan Benoa bisa disandari kapal cruise berkapasitas 4.000 orang.
“Nanti akan dibuatkan rute perjalanan, supaya bisa menikmati alam Bali serta membeli kerajinan rakyat di Pulau Dewata,” kata Gubernur Bali Wayan Koster menambahkan. (*/Cia)
Komentar