Media Berita Online Bali Terkini, Kabar Terbaru Bali - Beritabali.com

Jatiluwih Cultural Week: Manjakan Wisatawan dan Ajang Ekspresi Kaum Disabilitas

suasana penampilan groups band Kartala di festival Jatiluwih (ist)

TABANAN – Jatiluwih Cultural Week (JCW) telah berlangsung dan mendapat perhatian antusias tak terkecuali wisatawan asing yang tengah berlibur ke Bali. Event yang digelar selama dua hari itupun mampu menghibur wisatawan sekaligus ajang ekspresi kaum disabilitas.

Tak hanya itu, Festibal JCW yang bertajuk Rise of The World Heritage ini juga sebagai ajang ekspresi para musisi berikut memanjakan wisatawan yang tengah berkunjung ke kawasan Jatiluwih, Penebel, Tabanan.

Manager Operasional Badan Pengelola Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, I Nengah Sutirtayasa mengakui jika tujuan pagelaran JCW salah satunya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan yang selama dua tahun ini terpuruk akibat Covid-19.

“Ada peningkatan kunjungan selama pagelaran festival JCW dan kami berharap kunjungan akan kembali normal seperti biasa seperti sebelum pandemi Covid-19,” jelasnya saat dijumpai pada Minggu, 16 Oktober 2022.

Meski terkendal anggaran, namun pagelaran selama dua hari kemarin cukup sukses sebab kunjungan wisatawan asing tak terkecuali wisatawan local seperti yang diharapkan.

Dengan menggandeng pihak Politeknik Pariwisata Bali Jurusan Kepariwisataan Program Studi Diploma IV Manajemen Konvensi dan Perhelatan, event dua hari itu menyguhkan  penampilan sejumlah groups  band lokal serta menyajika berbabagai jenis kuliner di lokasi acara. 

“Support dana dari pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuat pagelaran acara selama dua hari ini,” terang Sutirtayasa.

Selama even JCW kemarin, pihak panitia menggelar acara dengan memamfaatkan lokasi pemandangan alam yang terhampar luas di kawasan Jatiluwih. Selain menikmati pemandangan alam nan alami, para wisatawan juga menikmati suguhan groups band yang telah dipersiapkan oleh panitia.

Hari pertama, festival ini diisi dengan manual brew competition atau meracik kopi, melukis mural, art painting, face painting, hingga pertunjukan musik oleh Bagus Wirata dan Robi Navicula.

Sedangkan hari kedua, JCW diisi dengan Cross Country Running, Senam Sehat, Awarding dan Doorprize, Penampilan Band Kartala, Talk Show dan pertunjukan musik Soul & Kith dan penampilan Balawan.

Ada sisi menarik yang dilakukan pihak panitia, yakni dengan manggandeng para kaum disabilitas untuk menampilkan berbagai produk mereka saat pagelaran event berlangsung.

Salah satunya yakni I Ketut Sugina Ariana yang turut berpatisipasi menampilkan produk kopi arabika dan beras merah yang ditanam di sawah dan kebunnya selama ini.

“Festival JCW sangat membantu terutama bagi kami UMKM untuk memperkenalkan produknya yang selama ini dijual belikan melalui jejering sosial,” ungkap Sugina Ariana.

Sugina Ariana sendiri turut berpartisipasi di salah satu stand kuliner yang dipersiapkan panitia berupa Kopi Arabika, Teh Beras Merah dan Beras Hitam merk Leo Jatikuwih dan selama ini dibeli oleh wisatawan Jerman yang berkunjung ke rumahnya.

Disisi lain, Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya saat membuka festival JCW kemarin menyatakan jika Kabupaten Tabanan memiliki tiga DTW unggulan yang Nyegara Gunung, yakni DTW Ulundanu Beratan, Bedugul, di tengah dengan pesona Pura dan Danau Beratannya, ada pesona DTW Jatiluwih  dengan pesona terasering persawahan yang menjadi heritage, dan di hulu ada DTW Tanah Lot, Beraban, Kediri yang menawarkan pesona Pura Tanah Lot dan pantai.

“Ketiga DTW ini merupakan sumber PAD yang penting bagi Kabupaten Tabanan dan terus ditingkatkan pembangunannya terutama Infrastruktur,” terang Sanjaya.

Sembari menyarakan dukungannya, Sanjaya menegaskan akan mendukung sepenuhnya kawasan Jatiluwih dengan sarana lebih memadai termasuk tempat parkir dan jalan yang lebih memadai untuk memanjakan sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan.

“Mudah-mudahan ke depan, bisa dibuat sebuah konsep yang baik dan bagus ataupun master plan yang bagus untuk mengangkat Pariwisata Jatiluwih tanpa melanggar kawasan Heritage yang sudah ditetapkan Unesco,” imbuh Sanjaya.***

Komentar